Minggu, 30 Oktober 2011

Desainer Grafis Temukan Huruf Baru untuk Penderita Disleksia (detikhealth)

Jakarta, Penderita disleksia sangat kesulitan untuk membaca hurup satu per satu dan selalu mengira-ngira kata saat membaca. Kini dengan penggunan font (tampilan) khusus yang disebut Dyslexie, ampuh mengurangi jumlah kesalahan baca yang umum dilakukan penderita disleksia.

Setelah bertahun-tahun mengira-ngira kata saat membaca, Kristen Boer akhirnya mengembangkan suatu cara untuk membantu mengatasi gangguan disleksia-nya. Pria Belanda berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai desainer grafis ini menciptakan font yang disebut Dyslexie.

Disleksia merupakan gangguan yang merusak ketepatan atau pemahaman seseorang dalam membaca huruf atau kata-kata. Dyslexie berfungsi dengan memfokuskan penampilan huruf alfabet tertentu yang umumnya sulit dibedakan oleh penderita disleksia, seperti huruf 'd' dan 'b', dan membuatnya lebih mudah dikenali. Boer merilis font ini dalam bahasa Inggris dan dapat dibeli secara online.

Boer mulai merancang font ini pada tahun 2008 saat belajar di University of Twente di Belanda. Rancangan ini akhirnya menjadi proyek sekolah pascasarjananya.

Pada bulan Desember 2010, seorang mahasiswa melakukan penelitian independen mengenai font untuk tesis masternya dan menemukan penurunan kesalahan baca yang signifikan pada penderita disleksia saat membaca teks Belanda yang diketik dalam font Dyslexie dibandingkan dengan font Arial.

Penelitian Boer juga bisa berdampak besar pada penuturan bahasa Inggris, mengingat kesulitan akibat disleksia lebih besar ketika membaca bahasa itu dibandingkan dengan bahasa Italia yang kata-katanya diucapkan lebih mirip dengan ejaannya.

Tidak seperti pembaca lainnya, penderita disleksia memiliki kecenderungan untuk memutar, menukar dan membalik huruf, sehingga sulit untuk memahami apa yang dibaca. Selama bertahun-tahun disleksia diduga sebagai gangguan penglihatan, tetapi para ilmuwan sekarang tahu bahwa kondisi tersebut berasal dari otak.

Scan otak disleksia menunjukkan bahwa ada perbedaan pemrosesan informasi bila dibandingkan dengan otak orang normal. Beberapa penderita disleksia bahkan melihat huruf seperti animasi 3-D yang berputar di depan mata.

"Saya merasa huruf-huruf seperti balon yang mengambang di kepala saya," kata Boer seperti dikutip dari ScientificAmerican.com, Jumat (28/10/2011). Boer mendedikasikan waktu dan keterampilan desain grafisnya untuk menciptakan Dyslexie.

Mayoritas desainer font lebih memperhatikan sisi estetis, namun Boer lebih prihatin dengan pemahaman membaca. Dia memperkirakan bahwa ia telah menghabiskan waktunya lebih dari 15 jam untuk merancang satu huruf. Dia juga merekrut teman-teman kuliahnya yang menderita disleksia untuk meminta saran dan masukan.

Meskipun bukan font yang pertama yang ditujukan membantu penyandang disleksia, Dyslexie telah menerima banyak apresiasi dari penderita dileksia. Mereka berkomentar bahwa font tersebut memungkinkannya untuk membaca dengan lebih tepat dan tidak melelahkan.

Boer tidak bermaksud menjual huruf ini sebagai obat disleksia, tapi dia berharap dapat membantu para penyandang disleksia. Mengingat bermacamnya tingkat gangguan, sulit sebenarnya bagi satu font untuk membantu semua penderita disleksia.

Boer berharap Dyslexie berada dalam arah yang benar untuk membantu orang lain yang menderita gangguan sama seperti yang ia miliki selama bertahun-tahun. Untuk sementara ini, Boer melayani pemesanan Dyslexie dalam bahasa Inggris dan Belanda di situs Web-nya: http://www.studiostudio.nl/bestellen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar